Infoberitanasional.com-Bulukumba – Gelombang penolakan terhadap relokasi Pasar Cekkeng terus membesar, dan kali ini disuarakan keras oleh Kr. Tompo, salah satu tokoh masyarakat yang selama ini menggantungkan hidup dari pasar tradisional tersebut.
Dalam pernyataan pedasnya, Kr. Tompo menyebut Pemerintah Kabupaten Bulukumba, khususnya Bupati A. Muhtar Ali Yusuf, telah abai terhadap jeritan rakyat kecil. Ia menilai kebijakan penggusuran pasar hanya demi kepentingan bisnis dan pencitraan.
“Pemerintah, terutama Bupati, tidak lagi jadi pelayan rakyat. Yang mereka layani hari ini adalah proyek dan uang. Pasar Cekkeng mau dikorbankan hanya demi ambisi agar pasar sentral yang mereka bangun bisa terlihat sukses. Tapi sukses versi siapa? Bukan rakyat kecil,” tegas Kr. Tompo, Selasa (08/07/2025).
Ia mengaku kecewa berat, karena sebagai warga asli Bulukumba, perjuangan mereka mempertahankan tempat mencari nafkah justru dianggap angin lalu. Bahkan, tidak ada satu pun upaya dialog yang adil dilakukan pemerintah sebelum mengeluarkan kebijakan penggusuran.
“Saya akan terus melawan, meski harus sampai titik darah penghabisan. Cepat atau lambat saya akan mati juga, tapi saya tidak mau mati dalam diam. Saya ingin mati dalam perjuangan membela kaum lemah yang diinjak oleh kebijakan sewenang-wenang,” lanjutnya penuh emosi.
Kr. Tompo juga menilai kebijakan relokasi pasar ini menunjukkan dengan jelas bahwa pemerintah daerah lebih berpihak pada kepentingan elite dan pengusaha, bukan pada rakyat yang selama ini menghidupi daerah melalui ekonomi kerakyatan.
“Kami bukan beban daerah. Kami penyumbang ekonomi daerah. Tapi sekarang, kami diperlakukan seolah-olah sampah yang harus disingkirkan dari wajah kota,” ujarnya.
Hingga saat ini, belum ada respons resmi dari Bupati A. Muhtar Ali Yusuf terkait gelombang penolakan ini. Namun, kemarahan masyarakat seperti Kr. Tompo adalah cermin bahwa krisis kepercayaan terhadap pemerintah makin dalam.
Red